Skip to main content

Posts

Romantic Love Poem

  R uin the script of fate; I choose you, awake and willing. O nly in your eyes do borders fall and the night learns our names. M y ribs open like windows when your quiet enters the room. A nd I promise no temples—only a home where breath is allowed. N othing in you needs saving; love is not a siren, it is steady hands. T ake these ordinary hours; let us keep them exact and unruled. I   listen to your pulse like a compass that refuses to lie. C ity lights stand still when your laugh breaks the grid.   L et us be honest: work and tenderness are the same fire here. O n doubtful nights, I will choose you again, without witness. V ows without altars—just hands learning the map of each other. E ven the dark trusts us to carry a small, stubborn flame.   P romise me questions, not a cage; keep the door open, the table set. O pen roads mean little unless our feet argue them into truth. E very revolt worth keeping begins as care at the smallest scale. M y heart is no throne; ...
Recent posts

Starlight

S tarting by looking into your eyes, T he world becomes warm slowly. A nd I'm going to fall into your arms. R ed wine in our last glass, L eading us to watch the night sky. " I love you," that's the only thing I want to say. G astly and shining like starlight. H ave you been there before? T o the place where the big bang brought us together.

Feminisme Harus Anarkis; Sebuah Etika Keadilan dan Kepedulian

“Anarchism, to me, means not only the denial of authority, not only a new economy, but a revision of the principles of morality. It means the development of the individual as well as the assertion of the individual. It means self-responsibility, and not leader worship.” - Voltairine de Cleyre Dalam tulisan sebelumnya , saya sudah mencoba mengkritisi tulisan Ben Laksana di Indoprogress mengenai Pendidikan Demokrasi Radikal yang juga sudah terbit menjadi sebuah buku. Sebagai sebuah prolog tulisan ini, saya akan sedikit mengulang garis besar perdebatan mengenai demokrasi. Dalam tulisan tersebut, saya mempertanyakan kembali konsep berpikir Ben yang menginginkan adanya pendidikan demokrasi radikal untuk menciptakan ruang belajar yang egaliter dan bisa menjadi solusi dalam melawan kapitalisme, patriarki, rasisme, neo-feodalisme, neo-kolonialisme, hierarki, paternalisme, dan istilah-istilah memusingkan lainnya. Bagi saya yang tidak suka berpikir rumit, demokrasi hanyalah sebuah omong kosong d...

Untuk Ibuk

Banyak ucapan selamat padamu hari ini,  tapi aku membenci 'tuk mendengarnya. Tanggal ini selalu mengingatkanku,  pada waktu yang tak tahu kapan kita akan berpisah. Pada akhirnya aku sering bilang padamu, "Jangan mati mendahului aku, Buk."

Musafir Kafir

Kata mereka, Tuhan tak boleh dipertanyakan. Lalu, kenapa Tuhan tak langsung kasih mati aku? Kata mereka, Tuhan adalah keabsolutan. Lalu, kenapa Tuhan sering memberiku kemungkinan? Mereka selalu bilang aku kafir, katanya, mempertanyakan berarti tak percaya. Mereka selalu bilang tak seagama itu kafir, katanya, agama mereka yang paling benar. Akulah sang musafir kafir, yang pikirannya selalu bepergian mempertanyakan Tuhan. Akulah sang musafir kafir, yang bangga menggunakan otak dari Tuhannya hingga dipanggil kafir.

Pendidikan Anarkisme; Menanggapi Pendidikan Demokratis Radikal Ben Laksana

Setelah membaca tulisan Ben Laksana mengenai pendidikan demokratis di Indoprogress , saya ingin menanggapinya dengan kedangkalan berpikir saya mengenai pendidikan. Namun sebelum menanggapi tulisan tersebut, saya ingin mengeluarkan uneg-uneg sebagai prolog tulisan ini. Bila memang benar demokrasi merupakan sistem bernegara yang paling ideal, mengapa justru permasalahan negara-negara demokrasi semakin rumit setiap harinya? Apakah kegagalan negara-negara tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintahnya menerapkan demokrasi? atau apakah demokrasi hanyalah sebuah omong kosong penguasa untuk melegitimasi kekuasaannya secara terselubung (dengan adanya pemilu, penguasa akan selalu mengklaim kekuasaannya berasal dari rakyat)? Buat saya, demokrasi memang hanyalah sebuah omong kosong, tidak realistis untuk diperjuangkan, bukan soal utopis atau tidaknya, tapi lebih pada kesesatan logika berpikirnya. Secara etimologi dan terminologi, bukankah demokrasi berarti pemerintahan rakyat? Namun secara...

Kenapa Hidup ....., Jika Mati .....

Jika mati bisa dianggap suatu keberuntungan, kenapa kita susah melihat keberuntungan hidup? Jika kematian saja bisa disyukuri, kenapa dalam kehidupan kita sering mengeluh? Jika kepastian mati harus dilalui berani, kenapa ketidakpastian hidup kita isi ketakutan? Kenapa kita masih hidup sampai sekarang, jika kita tak bisa menikmati proses menuju mati?