Skip to main content

Siung

Dapat kuhirup bau ombak yang menderu karang.
Mendengar hempasan angin lembut di mukaku.
Aku bebas! Bebas bersatu dengan air laut dan pasir putih.

Berjalan menyusuri pantai Siung tanpa jejak.
Kudaki tebing-tebing hingga atas.
Aku berdiri, merentangkan tangan.
Aku melihat laut selatan yang begitu luas dan biru.

Berteriak sepuas-puasnya,
sambil kulihat ombak yang menabrakan diri ke karang besar.
Entah kudengar bisikan lembut menggoda,
"Terjunlah, terjunlah, hempaskan tubuhmu seperti ombak itu"
Terdengar menggoda, namun aku tolak.
Aku tidak berani, aku takut!

Kududuk di atas tebing,
menunggu matahari membakar kepalaku.
Kulihat ke bawah,
ada sekolompok anak muda yang bergembira.
"Ah, bahagia sekali mereka? Aku juga ingin seperti itu," kataku dalam hati.
Semuanya tertawa, kejar-kejaran dan mencari ikan-ikan di karang.

Semakin iri aku melihatnya,
semakin aku putus asa.
Kubaringkan tubuh,
kulihat langit yang cerah.
Sempat aku tertidur dalam pelukan alam,
nyaman dan damai, aku tidak ingin ini berakhir.
___________________________________________________________


Catatan memori di pantai Siung, 3 April 2010

Popular posts from this blog

Pendidikan Anarkisme; Menanggapi Pendidikan Demokratis Radikal Ben Laksana

Setelah membaca tulisan Ben Laksana mengenai pendidikan demokratis di Indoprogress , saya ingin menanggapinya dengan kedangkalan berpikir saya mengenai pendidikan. Namun sebelum menanggapi tulisan tersebut, saya ingin mengeluarkan uneg-uneg sebagai prolog tulisan ini. Bila memang benar demokrasi merupakan sistem bernegara yang paling ideal, mengapa justru permasalahan negara-negara demokrasi semakin rumit setiap harinya? Apakah kegagalan negara-negara tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintahnya menerapkan demokrasi? atau apakah demokrasi hanyalah sebuah omong kosong penguasa untuk melegitimasi kekuasaannya secara terselubung (dengan adanya pemilu, penguasa akan selalu mengklaim kekuasaannya berasal dari rakyat)? Buat saya, demokrasi memang hanyalah sebuah omong kosong, tidak realistis untuk diperjuangkan, bukan soal utopis atau tidaknya, tapi lebih pada kesesatan logika berpikirnya. Secara etimologi dan terminologi, bukankah demokrasi berarti pemerintahan rakyat? Namun secara...

Kenapa Hidup ....., Jika Mati .....

Jika mati bisa dianggap suatu keberuntungan, kenapa kita susah melihat keberuntungan hidup? Jika kematian saja bisa disyukuri, kenapa dalam kehidupan kita sering mengeluh? Jika kepastian mati harus dilalui berani, kenapa ketidakpastian hidup kita isi ketakutan? Kenapa kita masih hidup sampai sekarang, jika kita tak bisa menikmati proses menuju mati?

Pelampiasan

Ingin kupeluk erat dirimu sebagai pelampiasan, atas rasa rindu yang telah membendung lama. Ingin kucium bibirmu sebagai pelampiasan, atas rasa nafsu yang telah memuncak lama. Ingin kujadikan dirimu sebagai pelampiasan, atas rasa cinta pada sebagian diriku yang ada padamu.