Skip to main content

Tuhan, Setan, dan Manusia

Cinta,
ia yang memberikan kesempatan pada manusia
untuk bisa menjadi dirinya sendiri.

Sedangkan benci,
ia yang memberikan kesempatan pada manusia
untuk bisa menjadi diri lainnya.

Manusia,
ia yang mewarisi cinta milik Tuhannya
dan yang mewarisi benci milik Setannya.

Cinta dan benci,
Tuhan dan Setan.
Mereka bercumbu melahirkan banyak anak manusia.

Cinta dan benci,
Keduanya membuat manusia menjadi lebih manusiawi.
Tak ada manusia yang hanya mencinta atau membenci.

Manusia,
Ia yang bisa mencintai dan membenci secara
bergantian. Berirama. Bahkan beriringan.

Manusia, manusia, manusia.
Ia bukan Tuhan, ia hanyalah manusia.
Ia juga bukan setan, ia hanyalah manusia.

Manusia, Tuhan, Setan.
Kemanusiaan, Ketuhanan, Kesetanan.
Memanusiakan manusia, Tuhan, dan Setan.

Memanusiakan manusia,
Karena manusia tetaplah manusia.
Cintai dan benci manusia secukupnya.

Memanusiakan Tuhan dan Setan,
karena dengan begitu,
manusia akan memahami hakekatnya sebagai manusia.

Antara cinta dan benci.
Antara Tuhan dan Setan;
berdirilah seorang manusia.

Popular posts from this blog

Pendidikan Anarkisme; Menanggapi Pendidikan Demokratis Radikal Ben Laksana

Setelah membaca tulisan Ben Laksana mengenai pendidikan demokratis di Indoprogress , saya ingin menanggapinya dengan kedangkalan berpikir saya mengenai pendidikan. Namun sebelum menanggapi tulisan tersebut, saya ingin mengeluarkan uneg-uneg sebagai prolog tulisan ini. Bila memang benar demokrasi merupakan sistem bernegara yang paling ideal, mengapa justru permasalahan negara-negara demokrasi semakin rumit setiap harinya? Apakah kegagalan negara-negara tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintahnya menerapkan demokrasi? atau apakah demokrasi hanyalah sebuah omong kosong penguasa untuk melegitimasi kekuasaannya secara terselubung (dengan adanya pemilu, penguasa akan selalu mengklaim kekuasaannya berasal dari rakyat)? Buat saya, demokrasi memang hanyalah sebuah omong kosong, tidak realistis untuk diperjuangkan, bukan soal utopis atau tidaknya, tapi lebih pada kesesatan logika berpikirnya. Secara etimologi dan terminologi, bukankah demokrasi berarti pemerintahan rakyat? Namun secara...

Kenapa Hidup ....., Jika Mati .....

Jika mati bisa dianggap suatu keberuntungan, kenapa kita susah melihat keberuntungan hidup? Jika kematian saja bisa disyukuri, kenapa dalam kehidupan kita sering mengeluh? Jika kepastian mati harus dilalui berani, kenapa ketidakpastian hidup kita isi ketakutan? Kenapa kita masih hidup sampai sekarang, jika kita tak bisa menikmati proses menuju mati?

Pelampiasan

Ingin kupeluk erat dirimu sebagai pelampiasan, atas rasa rindu yang telah membendung lama. Ingin kucium bibirmu sebagai pelampiasan, atas rasa nafsu yang telah memuncak lama. Ingin kujadikan dirimu sebagai pelampiasan, atas rasa cinta pada sebagian diriku yang ada padamu.