Skip to main content

Jeritan Palu dan Arit Kiri; Bersihkan Nama Kami!

Semalam teringat suara kecil menjerit,
mengingat palu mereka mengambil darah
Tangan kiri mereka membawa arit,
arit yang digunakan dengan marah.
Bukan dipakai untuk mengarit padi,
tapi menuduh kami biang keladi.
Tanpa dapat kesempatan membela diri,
hak warga negara kamipun dikebiri.

Lama setelah peristiwa berdarah itu,
kini kami mulai bersuara menuntut.
Mencoba melawan doktrin yang membatu,
kami enggan kembali bertekuk lutut!
Tak peduli nanti berhadapan siapa,
yang jelas kami menolak lupa!
Akan selalu kami ingat itu,
wajah busuk para bedebah itu!

Sekarang para bedebah itu bersabda,
berjanji bahwa nama kami bersih.
Tapi nyatanya tetap membiarkan bernoda,
nyatanya tetap ingin kami tersisih.
Bukan kami yang melakukan gerakan,
karna kami bagian dari kalian.
Kami juga bagian bangsa Indonesia,
jangan buat kami terbuang sia-sia.

Salatiga, 30 September 2014

Popular posts from this blog

Pendidikan Anarkisme; Menanggapi Pendidikan Demokratis Radikal Ben Laksana

Setelah membaca tulisan Ben Laksana mengenai pendidikan demokratis di Indoprogress , saya ingin menanggapinya dengan kedangkalan berpikir saya mengenai pendidikan. Namun sebelum menanggapi tulisan tersebut, saya ingin mengeluarkan uneg-uneg sebagai prolog tulisan ini. Bila memang benar demokrasi merupakan sistem bernegara yang paling ideal, mengapa justru permasalahan negara-negara demokrasi semakin rumit setiap harinya? Apakah kegagalan negara-negara tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintahnya menerapkan demokrasi? atau apakah demokrasi hanyalah sebuah omong kosong penguasa untuk melegitimasi kekuasaannya secara terselubung (dengan adanya pemilu, penguasa akan selalu mengklaim kekuasaannya berasal dari rakyat)? Buat saya, demokrasi memang hanyalah sebuah omong kosong, tidak realistis untuk diperjuangkan, bukan soal utopis atau tidaknya, tapi lebih pada kesesatan logika berpikirnya. Secara etimologi dan terminologi, bukankah demokrasi berarti pemerintahan rakyat? Namun secara...

Kenapa Hidup ....., Jika Mati .....

Jika mati bisa dianggap suatu keberuntungan, kenapa kita susah melihat keberuntungan hidup? Jika kematian saja bisa disyukuri, kenapa dalam kehidupan kita sering mengeluh? Jika kepastian mati harus dilalui berani, kenapa ketidakpastian hidup kita isi ketakutan? Kenapa kita masih hidup sampai sekarang, jika kita tak bisa menikmati proses menuju mati?

Pelampiasan

Ingin kupeluk erat dirimu sebagai pelampiasan, atas rasa rindu yang telah membendung lama. Ingin kucium bibirmu sebagai pelampiasan, atas rasa nafsu yang telah memuncak lama. Ingin kujadikan dirimu sebagai pelampiasan, atas rasa cinta pada sebagian diriku yang ada padamu.