Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2020

Langit

Petir menyambar-nyambar langit, menandakan hujan akan turun menyengit. Ku menengadah di kolong langit, mengadukan hidup yang terhengit-hengit. Menerawang langit yang semakin melangit, hingga hujan menyingitkannya yang sangit. Kesadaran mulai menunjukkan serengit, memberi angit pada ego pencakar langit. Indahnya angan biru langit, perlahan menunjukkan hitam langit. Membuatku akhirnya untuk berpingit, meredam pikiranku yang mulai lengit. Ku sadari diri ini masih sumengit, saat melihat semunya biru langit. Aku bukanlah bumi langit, di sini hidup masih menjadi lelungit.

Perihal Konspirasi

Sekarang aku memiliki keyakinan, jika pertemuan kita memang sudah ditakdirkan. Kita bertemu di saat sekitar keruh, hingga aku membuat teori konspirasi akan eksistensimu. Dunia sudah ditakdirkan berjalan dengan keseimbangannya, lalu untuk apa aku menyangkal arti eksistensimu? Pertemuan kita sudah ditakdirkan, tak ada gunanya aku menghindari itu. Aku tahu bisa mati karenamu, namun aku takkan takut menghadapi itu. Bila aku harus menderita, biarlah penderitaan itu menjadi keutuhanku. Aku akan tetap menghadapi realitasmu, meski kamu telah menggerogoti imunitasku. Di sini aku tetap bertahan dari pukulanmu, bukan untuk mengalahkanmu. Aku ada untuk menerimamu apa adanya, karena takdir telah mempertemukan kita. Kota zona merah, 13 April 2020

Mengikhlaskan Takdir

Aku ingin mencintaimu dengan keikhlasan, meski ikhlas tak semudah mengucapkannya. Aku ingin mencintaimu tanpa berharap, karna aku tahu perjuanganku tak ada harapan. Aku ingin mencintaimu tanpa ambisi, sebab kamu layak dijaga bukan ditaklukkan. Dari awal pertemuan kita, aku sudah tahu takdirku untuk menjagamu. Dari awal perbincangan kita, aku sudah tahu takdirku untuk mencintaimu. Dan dari awal tangismu untuknya, aku sudah tahu takdirku untuk mengikhlaskanmu. Aku ingin mencintaimu dengan keikhlasan. Surabaya, 2 April 2020