Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2012

Siung

Dapat kuhirup bau ombak yang menderu karang. Mendengar hempasan angin lembut di mukaku. Aku bebas! Bebas bersatu dengan air laut dan pasir putih. Berjalan menyusuri pantai Siung tanpa jejak. Kudaki tebing-tebing hingga atas. Aku berdiri, merentangkan tangan. Aku melihat laut selatan yang begitu luas dan biru. Berteriak sepuas-puasnya, sambil kulihat ombak yang menabrakan diri ke karang besar. Entah kudengar bisikan lembut menggoda, "Terjunlah, terjunlah, hempaskan tubuhmu seperti ombak itu" Terdengar menggoda, namun aku tolak. Aku tidak berani, aku takut! Kududuk di atas tebing, menunggu matahari membakar kepalaku. Kulihat ke bawah, ada sekolompok anak muda yang bergembira. "Ah, bahagia sekali mereka? Aku juga ingin seperti itu," kataku dalam hati. Semuanya tertawa, kejar-kejaran dan mencari ikan-ikan di karang. Semakin iri aku melihatnya, semakin aku putus asa. Kubaringkan tubuh, kulihat langit yang cerah. Sempat aku tertidur dalam pelukan alam, nyaman dan damai, a...

Jalanan Salatiga

Tiap malam menjelang subuh, tiap aku memikirkan gadis manisku, menyusuri jejak hitam yang aku buat, hanya menemukan bayangan dalam kabut. Berjalan di tengah-tengah pekatnya kegelapan, melarut dalam kesendirian, dalam sebuah harmoni malam, sedikit remang, sedikit dingin, sedikit sepi, dan sedikit amarah. Berteman dengan jalangnya jalanan, menikmati cumbuan angin malam yang dingin. Kurasakan hangat sebuah kecupan birahi semu, bergairah, sambil menangis, tertawa, aku bertanya, "Apa yang sedang aku lakukan? Bukankah ini gila?" Semua perasaan bercampur aduk menjadi satu, yaitu aku. Di jalanan inilah aku meletakkan jejak bayangku, merayu cantiknya bintang dan bulan purnama. Ya, mereka cocok menjadi teman kencanku semalam. Kugandeng mereka menuju puncak bukit jalanan ini, menuju puncak kenikmatan malam kota Salatiga. 3 September 2010, Surabaya

Aku Adalah Aku Yang Mengaku-aku Saja - 1

Berada dalam ambang kejenuhan, aku tak pernah merasa berarti apa-apa. "Bangsat!" terucap penuh dendam pada diri sendiri. "Hei! Kamu mengerti apa tentang aku? Tak perlu mengaku-aku sebagai orang yang mengenalku!" bentakku pada bayangan di cermin yang kusam. Satu hal yang kusadari, semua yang terlihat oleh mata hanyalah bayangan saja, sama sekali tidak nyata! "Yang asli seperti apa?" teringat dengan pertanyaan seorang dosen kepadaku. Aku tanya pada diriku sendiri, "Apa bedanya palsu dengan asli? Hanya dua kata berbeda dengan makna berbeda dalam kamus saja. Jangan-jangan makna itu tak ada artinya sama sekali, sama sekali!" tanyaku pada diri sendiri. Kucoba tenangkan diriku, mencoba meredam dendam kesumat. Tak bisa berkata-kata, diam dalam pengap kamar yang menyesak. Kuhirup udara lembap dan kotor. Kucoba membayangkan keindahan, kubayangkan wajahnya yang kucintai. Tapi tidak bertahan lama aku melamunkannya, langsung terhapus oleh bay...