Mengapa kita harus takut masa depan? Mendepresikan diri pada hal yang tak pasti? Kenapa kita tak fokus pada proses saja? Bukankah hidup adalah soal proses? Jika proses baik, maka hasil cenderung baik? Tapi berbicara hasil, bukankah ujungnya sama? Lalu apa lagi yang mau kita cemaskan? Ya semuanya wajar dan manusiawi, kita memang ditakdirkan bisa merasa takut, namun ingatlah, takut bukan takdir kita. Meski kamu bilang masih takut tuk melangkah , ku tetap ingin menemanimu sembari berproses. Keyakinanku pada kita semakin menguat, aku semakin berani berjuang apapun untuk kita. Kamu bisa ragu, takut dan depresi tentang kita, tapi kamu tak bisa menyuruhku untuk begitu. Dulu memang nyaliku yang kembang kempis, namun dengan dirimu yang sedang kacau, aku merasa jika aku harus jadi kebalikanmu. Bukan untuk dirimu, bukan untuk diriku. Tapi untuk kita, pertemanan abadi kita, percintaan kita, masa depan kita. Karena kamu telah kujadikan sebagian diriku, maka mencintaimu adalah...