Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2021

Perihal Berjuang

Kamu memang layak diperjuangkan, seperti halnya memperjuangkan hidupku. Kita memang layak diperjuangkan, karenamu, hidupku jadi lebih dari sebelumnya.

Perihal Diri

Aku mencintaimu, bukan dirimu. Aku mencintai lakumu, aku mencintai pikirmu, aku mencintai inginmu, aku mencintai semangatmu, aku mencintai rasamu, aku mencintai ucapmu, aku mencintai cintamu. Aku mencintaimu, tanpa dirimu.

Perihal Sendiri

Mungkin memang benar ucapmu pasti, tak segalanya harus dilakukan bersama. Bahwa perpisahan adalah sesuatu yang pasti, maka nanti diri harus tetap bisa terima. Ini bukanlah pembenaranku padamu, ini kesadaran atas kebenaranku yang semu. Karena benar apa kata hatimu, tak baik bila harus selalu bersama dan bertemu. Maafkan aku yang lalu menjadi egois, menyercamu benci diri sendiri dengan bengis. Aku sadar kita harus mulai menguatkan hati, bila nanti salah satu dari kita duluan mati.

Perihal Cara

K ita memang memiliki cara masing-masing E ntah itu mencintai ataupun membenci S oal memandang kebersamaan dan kesendirian E nyahkan ketakutan dan bangkitkan keberanian I ni memang proses kita saling menguatkan M engembangkan potensi kita dalam mencintai B ukan berarti kita tak pasti bersama lagi A kan tetap kujalani ini dengan doa untuk kita N antikan saat di mana Semesta tunjukkan cara G apai impian sendiri tuk kembali bersama A papun usaha kita berdua pasti 'kan berhasil N ubuatnya 'tuk kita bersatu sedang tergenapi

Perihal Pilihan

Apa yang sebenarnya kita pilih ingin capai? Harta? Takhta? Kebanggaan? Atau bahagia? Tanpa kejelasan dirimu menjelaskan inginmu. Awal bilang soal nadaku yang meninggi, sudah kuturunkan ego serta maaf tapi kurang. Lalu bilang soal visi masa depan, sudah kuungkap semua tetap tak cukup. Setelah itu soal pembuktian dan pemantasan, kuusahakan semua secepat mungkin tetap sama. Terakhir soal pilihan hidup, mungkin dari awal dirimu tahu takkan memilihku?

Perihal Belajar

Hidup memang suatu pembelajaran. Bila memang tak bisa belajar bersama, maka opsi lainnya hanya belajar sendiri. Kita memang butuh orang lain, namun tak bisa menggantungkan mereka. Kamu meminta untuk sendirian tanpa aku, meski aku sudah terbiasa bersamamu. Maka dalam doaku pada Tuhan, aku masih memintamu sebagai pendampingku. Kelak jika aku sudah berada di atas.

Perihal Siang

Matahari sedang berada di atas kepala kita Membakar pikiran-pikiran kita yang berontak Siang itu kita saling menyulut api dengan takut Aku takut tak bisa menjawab pertanyaanmu Dan kamu takut tak dapat jawaban pasti Siang menjelang sore rasanya tak memadam Kita masih bersikukuh pada ego masing-masing Ya, kita masih belajar terima beda pendapat

Perihal Rumah

Sering ku dambakan rumah yang hangat Yang mau memelukku di saat lelah Dan melembutkan amarahku di saat kacau Bolehkah aku menyebutmu rumah, sayang? Aku lelah dengan amarah pada dunia Bolehkah aku pulang padamu lagi, sayang?

Perihal Lelah

S alahkah aku bila aku bisa merasa lelah? C ambukan dingin sikapmu padamu O mbang-ambingkan kapal yang lagi kubangun R amah senyum manismu yang memudar P enuhi diriku dengan kerinduan semakin beku I ndah tutur manjamu yang tak lagi terucap O lak-alikkan optimismeku pada impian

Perihal Awal dan Akhir

A wal denganmu, K u merasa mendapat harapan H idupkan lagi energi hidup positifku yang redup I ngin kuberjuang di sisimu hingga akhir R aih mimpi dan tujuan sendiri berdampingan A pakah kita memang harus berhenti di sini? W ahai kekasih hatiku yang sedang melayu A pakah kita memang harus cari lainnya lagi? L abuhan terakhir untuk mengakhiri kita

Perihal Apresiasi

A ku tahu belum banyak yang bisa kulakukan M elihat diriku saat inipun rasanya tak sudi B ukan berarti aku sakit hati dengan sikapmu U lu hati terasa semakin menyesak R aut wajahmu tak lagi bersinar di depanku A mbrukan semangat dan giat usahaku U ngkapan ini hanya meminta sedikit apresiasi L ebih baikkah bila ku undur diri?

Perihal Kepastian

K etidakpastian waktu adalah sesuatu yang pasti E ntah kapan kita jatuh, kapan kita bangkit lagi H anya Sang Pemilik Waktu yang tahu pasti I barat bumi yang ujungnya tak kita ketahui D alamnya lautan tak mungkin terselami U ntuk apa kita larut dalam cemas dan depresi? P ada seluruh anak Adam Ia telah berjanji A kan ada masanya kita akan direstui N asib baik kita pasti sedang menyertai

Perihal Malam

Tak ada gelap malam yang sepekat hilangmu. Tak ada bunga sedap malam seharum tubuhmu. Tak ada dingin malam yang sebeku ragumu. Tak ada sunyi malam yang sehening budimu Maka, tak ada doa malam yang seamin aku untukmu.

Perihal Ayah

B erdua kita dibesarkan dengan didikan keras U ntuk kita bisa sadar bahwa dunia lebih keras D alam kenangan kita, mereka sekuat Hercules I ngin kita melebihi mereka yang pernah sukses O limpiade hidup mereka telah mencapai batas N ama mereka tak rela kita lihat tergerus O psi kita tak ada ucapan semangat telah habis Dan , J angan kita menyerah dulu sayang O cehan dunia dengan kita tak sebanding H adapi bersama dengan sikap adiluhung A ku ada di sisimu bila kau sedang bingung N afiri kita telah siap saat kita menang E dan-edanan kita melangkah menuju terang S etitik harapan kita telah habis mengerang W aktunya kita bangkit berdiri I ngatlah didikan ayah kita yang telah beri L angkah kita tak henti karna terik matahari L ibas semua rintangan bersama ke sana kemari E mban nama besar kita sendiri M embanggakan keluarga dan kita gagah berdiri

Perihal Puisi

Ini bukanlah puisi terakhir untukmu. Ini hanya puisi pengingat tuk membuatnya lagi. Mengingatkanku tuk mengingat tentang kita. Ini bukan puisi rayuan minta rujuk. Ini hanya puisi pengingat tuk terus berusaha. Berusaha membuktikan semua yang terjanjikan. Ini memang bukan puisi untukmu. Ini memang hanya puisi untuk diriku sendiri. Diri yang berusaha memecut dirinya sendiri.

Perihal Semesta

Pernahkah kamu berpikir, bahwa semesta selalu memiliki alasan, mempertemukan puan dan tuan di satu momen. Ia pernah berbisik padaku, "Pertemuan kalian bukan tuk saling menakluk, saling menakluk artinya saling melemahkan." Ku terhenyak kagum pada kata-kata itu. Lalu Ia berbisik lagi, "Tapi kalian juga bukan tuk saling memiliki." Bak terhantam meteor yang meledak, hatiku sempat meronta, "Kenapa?!" "Karena tak ada puan yang layak bertuan. Bila kau benar mencintainya, jangan jadikan dirimu tuan yang selalu dilayani, tapi jadikan dirimu layak dulu, tuk memeluk dan menjaga Sang Puan." Katanya dengan lembut menggairahkan batinku. "Berusahalah hingga Semesta turut berperan meluruhkannya dalam pelukanmu seorang."

Perihal Rokok

Ingatkah kamu pada kencan pertama kita? Duduk saling bertatapan mata, tanpa banyak bicara, nyaman dengan hisapan rokok kita sendiri. Sering waktu, kita tak lagi merokok berhadapan, kamu di sampingku, saling curi-curi pandang, sambil menikmati hisapan nikotin. Dan jika belakangan ini kita seperti dulu, akupun tetap tak keberatan kembali, kembali menikmati rokok dengan menatapmu, kembali seperti pertama kita mulai tegur sapa.

Perihal Favorit

Seperti Indomie tanpa pedas kesukaanmu, aku suka selera hidupmu yang fluktuatif. Seperti es kopi coklat favoritmu, aku rindu caramu menikmati hari bersamaku. Seperti rintik hujan yang syahdu, aku tahu kamulah perempuan favoritku.

Perihal Semangat

S emoga apapun yang sedang kita kerjakan E nggan mengkhianati usaha keras kita M enikah yang harus diakui bukan tujuan utama A kan tetapi menjadi bagian hidup yang menyatu N ampaknya tujuan yang layak diusahakan G agahi cemooh dunia yang mengerdilkan kita A nggap itu sebagai semangat kita membuktikan T uhan memberkati dan menyertai hidup kita

Perihal Visi

Tiap hari kutuliskan puisi cinta tentangmu, karena kamu adalah bagian hidupku. Tiap hari kuungkapkan cinta padamu, karena puisi ini hidup ketika kutulis dirimu. Dalam sajak sederhana ini, aku tlah melihat impian yang harus kuusahakan. Dalam kata-kata tak bernada ini, aku mendengar bisikan ilahi yang mengatakan; "Gapailah visimu bersamanya yang kamu cintai, berproseslah dengannya tuk saling menyembuhkan."

Perihal Masa Depan

Mengapa kita harus takut masa depan? Mendepresikan diri pada hal yang tak pasti? Kenapa kita tak fokus pada proses saja? Bukankah hidup adalah soal proses? Jika proses baik, maka hasil cenderung baik? Tapi berbicara hasil, bukankah ujungnya sama? Lalu apa lagi yang mau kita cemaskan? Ya semuanya wajar dan manusiawi, kita memang ditakdirkan bisa merasa takut, namun ingatlah, takut bukan takdir kita. Meski kamu bilang masih takut tuk melangkah , ku tetap ingin menemanimu sembari berproses. Keyakinanku pada kita semakin menguat, aku semakin berani berjuang apapun untuk kita. Kamu bisa ragu, takut dan depresi tentang kita, tapi kamu tak bisa menyuruhku untuk begitu. Dulu memang nyaliku yang kembang kempis, namun dengan dirimu yang sedang kacau, aku merasa jika aku harus jadi kebalikanmu. Bukan untuk dirimu, bukan untuk diriku. Tapi untuk kita, pertemanan abadi kita, percintaan kita, masa depan kita. Karena kamu telah kujadikan sebagian diriku, maka mencintaimu adalah...

Perihal Makan

Sudahkah kau makan siang ini? Ibumu selalu berpesan padaku, "Dia susah kalau disuruh makan, tolong ajak dia makan ya." Sudahkah kau makan hari ini? Ibumu sering bilang padaku, "Tante ini sering kepikiran dia, susah makan, padahal itu buat kesehatannya." Sudahkah kau makan, sayang? Di siang dan malam kita tak bersama, aku selalu terpikir pertanyaan sepele itu.

Perihal Kehilangan

Menyatukan rasaku dengan rasamu, tak semudah menulis puisi ini. Menulis puisi ini dan itu, tak semudah ku meneguk alkohol malam ini. Sayangnya, alkohol hanyalah pelarian rasa. Pelarian rasa takut kehilangan dirimu. Tapi aku masih bisa sadar dalam mabuk, bahwa kehilangan adalah sesuatu yang mutlak. Menyadari perasaanku yang kadung tenggelam, aku hanya bisa mencoba belajar cara berenang. Agar ketika aku benar-benar kehilanganmu, aku masih bisa mencapai pulau terpencilku lagi.

Perihal Pantas

Aku bilang masih butuh pecutan, lalu kau bilang aku tak mandiri. Aku bilang aku masih sering hilang arah, lalu kau bilang aku belum pantas. Ya, aku memang belum pantas 'tuk dirimu. Akupun tahu kau tak butuh kata-kata lagi. Kau yang telah sempurna di mataku, memang pantas menasehatiku yang masih hina. Aku takkan berjanji apa-apa lagi untukmu. Aku takkan mengubah diriku demi cintamu. Aku hanya akan berterima kasih padamu, darimu aku sadar jika aku masih pantas sendiri. Sekarang aku hanya berjanji pada diriku. Aku akan tetap jadi diriku yang selalu belajar, belajar jadi manusia yang lebih dari siapapun. Persetan dengan penilaianmu nanti seperti apa. Bila pada akhirnya aku gagal menurutmu, setidaknya aku tahu bila prosesku tetap baik. Namun bila akhirnya aku berhasil menurutmu, 'kan ku jaga sadarku bila prosesku masih ada. Terima kasih sayangku, raihlah kepantasanmu sendiri juga. Doaku selalu tetap ada 'tuk proses kita. Semoga kita berjodoh dalam keadaan pantas.

Perihal Maaf

P adamkan nyala kobaran api dalam hati E ncerkan kebekuan tembok es di antara pelukan R acun sakit hati hendaknya dikeluarkan T anpa dusta, seolah semuanya tak apa-apa E ngkau yang ada di hatiku N azarku menjadi lebih baik untukmu G ampar aku bila ada salah padamu K an ku kalahkan egoku ketika meninggi padamu A ku tak mau kita menjadi sedingin es R angkulan hangatmu yang selalu aku rindukan A ku tak mau kita menjadi seasing dulu N adiku ingin henti bila kita tak saling memaafkan

Perihal Amarah

B abak awal perdebatan kita yang alot E nggan mengalah satu dengan yang lain L idah mudah berkata ladah I nsiden nada tak harmonis membuat kekacauan N ahas aku terlalu kalut dalam diam setelahnya G aduhnya pikiranku meniadakan peduli padamu S empat aku menyesal saat dirimu pergi A bnormalitas diri semakin egois menguasai T anpa lama aku menyadari, ya aku yang salah A marah kuhabiskan sebelum surya terbenam N antikan aku pulang minta maaf di pelukanmu

Perihal Absurditas

Ada kalanya kita tak butuh kata-kata, diam bisu menatap kosong ruang antara kita. Aku ingin memahami kata-kata dalam pikiranmu. Aku ingin merasa perasaan dalam hatimu. Tapi ada kalanya kita butuh berkata-kata, berbicara mengenai absurditas tentang kita. Aku ingin kita menetap dalam satu ruang yang terpisah, ruang yang memisahkan kita dari omong kosong, dan menyatukan kita dengan doa tanpa ucap.

Perihal Tanggung Jawab

Hidup memang penuh dengan pertanyaan, tapi kitalah yang harus menanggung jawaban. Sayang kita terkadang tak paham tanda tanya, membuat kita akhirnya larut bertanya-tanya. Menjawab yang terkadang tak butuh jawaban, sering tak bisa menjawab apa yang jadi pertanggungjawaban. Mungkin kita cuma perlu hidup seperti semesta, bertanggungjawab menjaga keseimbangan hidup. Mencintaimu secukupnya, membencimu secukupnya. Hidup untukmu secukupnya, mati untukmu secukupnya.

Perihal Pertemuan

Telah ku datangi ribuan kali Ia yang di aras y Lelah ku hadapi sendiri harapan bak algoj o Ketidakpastian yang melingkar dalam abadia h Membingungkan pilihan yang saling adu domb a Akhirnya kita dipertemukan di persimpanga n Kutawarkan tanganku tuk melangkah bersam a

Perihal Syukur

M ensyukurimu seperti kaktus di padang gurun O asis yang selalu rimbu di tengah ketandusan N amamu seperti oksigen yang kuhirup tiap saat  I barat samudera yang takkan habis mengering C inta ini akan aku syukuri dalam tiap doaku A gar apapun yang menanti takkan ada sesal

Perihal Pagi

Aku ingin segera terbangun tiap pagi, membangunkan diri 'tuk memasuki dunia mimpi yang bergairah. Terbangun seranjang denganmu tanpa busana, adalah mimpiku yang sedang menggelut di tiap pagiku yang kalut. Memimpikan lekuk tubuh erotismu tanpa birahi, menyisakan tanda-tanda cinta kita yang semburat di ujung-ujung surga. Bermimpi bersama, menciumi harum tubuhmu, meraba lembah kenikmatanmu, menarik leher kecilmu yang sudah mendekat, menjilati seluruh pusaran kehidupanmu, dan melumat apapun yang sudah meranum basah mendesah. Itulah pagiku yang layak untuk dimimpikan selamanya, senyata-nyatanya.

Perihal Bercumbu

Ingin kucumbu dirimu dalam diam, saling diam menggoda dengan mata nakal kita. Ingin kucumbu dirimu dalam doa, saling mendoakan masa depan dosa-dosa kita. Ingin kucumbu dirimu dalam obrolan, saling mengobrol apapun yang jadi hayal kita. Ingin kucumbu dirimu dalam pikiran, saling menelanjangi pikiran terliar kita. Ingin kucumbu dirimu dalam pelukan, saling memeluk dan menghangatkan dada kita. Ingin kucumbu dirimu dalam ciuman, saling mencium seluruh aroma lekuk tubuh kita. Ingin kucumbu dirimu dalam segala cara, saling menyatukan jiwa dan raga kita, menuju keutuhan dan takdir Tuhan pada kita.

Perihal Kebebasan

Cinta tanpa kebebasan adalah perbudakan. Bukankah cinta dapat menerima apa adanya? Bila kita bilang "cinta" tapi tanpa kebebasan, lalu untuk apa kita bercinta tanpa pakaian? Jika kita bercinta tanpa kebebasan, apa bedanya dengan pemerkosaan? Aku membebaskanmu menjadi dirimu sendiri, karena aku mencintaimu dan kebebasan kita. Mari sayang, mari kita rayakan cinta kita, mari rayakan dengan kebebasan kita sebagai manusia!

Perihal Birahi

Pada waktu aku ingin berteriak Lampiaskan kangen yang terhambat Angan malam semakin liar tanpa batas Nantikan hari restu yang belum tahu kapan Ejakulasi yang terpaksa ditahan hingga sah Tuhan, berikan aku ketekunan dan kesabaran Padamu aku tuliskan birahi yang meluap Lewat puisi ini aku sampaikan maaf Untuk imajinasiku yang keterlaluan Tuhan, aku berserah kehendakMu Oh, aku sedang birahi denganmu

Perihal Kehadiran

Mungkin aku tak serupa mataharimu, namun aku 'kan berusaha menyinarimu. Mungkin aku juga tak serupa bulanmu, namun aku 'kan memijarkan kasih untukmu. Mungkin aku juga tak serupa hujanmu, namun aku ingin bisa menjadi teladanmu juga. Aku memang takkan pernah serupa dengannya, karena aku tak ingin menggantinya di hatimu. Aku hanya ingin hadirku sedikit berarti untukmu.

Perihal Komunikasi

Mumpung aku masih punya nyawa, katakan apapun yang kau inginkan. Mumpung aku masih punya kaki dan tangan, pegang dan ajak aku ke manapun kau impikan. Mumpung aku masih punya mata, buanglah malumu ketika aku melihat cantikmu. Mumpung aku masih punya telinga, luapkan semua perasaanmu 'tuk kudengarkan. Mumpung aku masih punya bibir, ingatkanku 'tuk selalu berkata baik padamu. Mumpung aku masih cukup sehat, dukung sekuatmu 'tuk aku kerja demi keluarga. Dan mumpung aku masih bersamamu, selalu inginkanku 'tuk kita bisa menua bersama.

Perihal Kesadaran

M enyadari bahwa kita ada 'tuk saling mengada E go sering melupa akan adanya tanda-tanda N afsu mengaburkan kecermelangan masa muda C acian mengacaukan harmoni nada-nada I ngatan masa lalu selalu datang menggoda N amun sejak kehadiranmu semua jadi berjeda T anpa aba-aba itu semua menjadi tiada A khirnya aku menjadi lebih waspada I barat bangun dari mimpi yang porak-poranda M aka kuingin cinta seperti hujan yang tak reda U ntuk selalu menyadarkan arti kenapa kita ada

Perihal Doa

E go sering menyombongkan diri yang lemah V isi terlampau enggan melihat realitas A ngan semakin meninggi sejadi-jadinya N amun kita tetap mendoakan itu semua P ercaya pagi ini hidup akan menjinak U ntuk apa yang hendak kita usahakan P ada doa tiap malam, nama kita kusampaikan U ntuk dapat menua selamanya bersama  T anpa sesal, tanpa ragu, aku mendoakan kita

Perihal Menjasad

Y akin bahwa semua telah ditentukan O mbang-ambing hati yang terluka H anya menginginkan segera sembuh A daptasi yang hanya bisa dilakukan N aluri sebagai manusia memiliki penyesalan A kankah aku bisa menjasad tanpa tangisanmu?

Perihal Kita

A ku ingin membuat kenangan tentang kita B aris demi baris ku tuliskan kisah kita A papun yang sedang terjadi pada kita D alam pelukan yang menjadikan utuh diri kita I majinasi liar tanpa membatasi keabadian kita

Perihal Kegilaan

Pagi akan terasa terlalu singkat, ketika kita bangun dalam pelukan bersama. Siang juga akan terasa singkat, ketika kita bekerja meraih impian bersama. Senja pun akan tetap singkat, ketika kita mabuk dan melamun bersama. Begitu pula malam menjadi singkat, ketika kita beradu menuju kenikmatan bersama. Bukankah hidup ini memang singkat, bila kita bisa ambil dan raih kegilaan bersama?

Crazy

C rushing my heart to yours R amming my mind with our dreams A nd killing my soul for your loves Z ealotry about you is my craziness Y es, I'm crazy about our futures

Perihal Sabar

S aat nanti kisah kita terasa sulit dan terjal A ku berharap kita bisa sabar atasi bersama B ukankah badai selalu berakhir dengan pelangi? A ku ingin kita bisa saling mengingatkan ini R umah yang kokoh dibangun dengan kesabaran

Perihal Komitmen

Dalam kesendirianku malam itu, aku mulai bertanya-tanya tentang kita. Bagaimana bila nanti jalan buntu? Lalu bagaimana juga bila nanti tak lagi cinta? Dalam kesendirianku malam ini, aku kembali teringat pertanyaan malam itu. Bukankah kebuntuan terjadi karna tak berani? Lalu aku sadar, aku sedang gentar waktu itu. Dalam kesendirianku malam nanti, aku ingin tetap teringat dengan puisi ini. Aku pernah gentar, lalu aku menemukan arti. Arti bahwa komitmen ini juga perlu diimani.

Perihal Takut

T akdir menggariskan ketakpastian yang pasti A lasan pertemuan dan perasaan kita bisa ada K ita yang masih takut akan masa depan U ntuk kita bisa saling memberanikan diri T akut bukanlah takdir kita, saat kita bersama

Perihal Ijin

J ujur, waktu itu aku datang minta ijin O rang tua adalah restu terbaik kita H anya itu tujuanku memintamu waktu itu A ku ingin kita bisa bersama dengan bahagia N ama kita akan selalu terukir dalam doa E ntah doaku, doamu, juga doa mereka S ajak ini juga sebagai doaku untuk mereka

Perihal Tulus

P erempuan kesayanganku yang di sana U ntuk dirinya yang masih takut akan perasaan P adanya aku bisa merasakan yang berbeda U rai segala kekhawatiranmu sayangku T ulus ku akan menemanimu hadapi dunia

Perihal Waktu dan Usia

M ungkin kita ingin waktu berhenti O gah merasa kalah dengan takdir N amun sekeras apapun kita ingin I tu semua hanya kesia-siaan C inta kita pada kehidupan A dalah sementara Y ang abadi hanyalah kenangan kita O rang bilang hari ini adalah hadiah H adiah yang patut dirayakan dalam syukur A papun yang telah terjadi N aik turunnya fase kehidupan A dalah lingkaran kepastian yang misterius P ada akhirnya kita bisa sadar U sia tidak pernah bertambah atau berkurang T api usia akan tetap satu untuk selamanya R aga bisa menua, namun kenangan tidak I tu alasan agar hidup kita bermakna W aktu bukanlah musuh kita I jinkan Ia tetap berjalan bersamamu R angkul Ia sebagai pengingatmu Y ang terlukai akan selalu tersembuhkan O rbit kehidupan dan kematian sudah teratur K ebahagiaan dan kesusahan silih berganti U sia kita hanya satu S ia-sia bila kita takut untuk menghidupinya  U sia kita hanya satu M aka, menjadi manusia berguna hanya sekali O lah usiamu sebaik mungkin untuk dikenang